Lebaran Ketupat Dan Makna Kupat

Lebaran Ketupat, sebenarnya istilah ini sudah sering aku dengar dari tetangga, teman-teman sejak kecil. Namun baru mempertanyakan kembali tradisi lebaran ketupat ini saat mau kembali ke Jakarta pada mudik lebaran tahun ini, 2014.
Ya, saat ditanya Bunda setelah dia diberitahu oleh adik "hari senin ada lebaran ketupat, jangan balik dulu lah".. Bingung juga menjelaskannya. Sebab sejak kecil hanya ikut-ikutan orang saja, saat "Lebaran Ketupat" ikut teman-teman ke gunung klotok, sebuah gunung mati yang ada di Sedayu Lawas, Brondong, Lamongan Jawa Timur.
Bersama teman (atau keluarga), membawa ketupat dan perlangkapannya, Juga tikar berangkat pagi dari rumah menuju ke gunung dengan menggunakan dokar atau angkot. Dari jalan besar menuju gunung Klotok tersebut lumayan jauh bila jalan kaki. Namun karena angkot tidak masuk jalan tersebut, mau gak mau jalan juga J. Dan jalanan menuju gunung tersebut pasti penuh dengan orang yang menuju ke tempat yang sama.
Semua orang berbondong-bondong menuju puncak gunung tersebut. Sampai di tebing orang-orang menggelar tikar dan makan ketupat yang dibawa nya bersama-sama. Ya, sambil melihat pemandangan gunung, dan hamparan laut (persis sebelah utara ada laut jawa), bersenda gurau, cerita-cerita bersama melewetai waktu sampai siang hari. Lebaran ketupat ini, di beberapa daerah memang beda jatuh hari nya. Khusus di tempat aku di Lamongan, jatuh di hari ke 7 setelah lebaran. Sejak kuliah dan bekerja di kota lain, tidak pernah lagi bisa ikut menikmati lebaran ketupat ini. Sebab pasti balik ke kota H+6 paling lama harus kembali. Karena perkerjaan sudah menunggu. hheeeee..

Ketupat atau di daerah ku seing disebut kupat ini, tradisi di desa ku adalah disajikan saat lebaran ketupat. Bukan pada saat lebaran hari pertama. Lebaran hari pertama makanan yang disajikan berbeda setiap keluarga. Yang pasti makanan-makanan yang special.

Baiklah, mengenai ketupat atau kupat itu sendiri ada tulisan menarik dari sang motivator kesukaan saya, Ippho Santosa. Dalam email yang saya terima dari beliau, ternyata ada sesuatu yang baru yang bisa saya ketahui mengenai Kupat ini.
Sangat menarik ternyata. Sejak kecil saya ikutan merayakan lebaran kupat ini dan makan ketupatnya setiap saat. Tapi, baru tahu makna kupat itu sendiri.
Dibawah ini ulasan dari Ippho Santosa mengenai ketupat, atau kupat.

Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut juga dengan kupat, yang kependekan dari “ngaku lepat” yaitu mengaku salah.

Ketupat (kupat) sebagai tradisi Muslim nusantara saat Idul Fitri diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Aslinya ba’da kupat digelar seminggu setelah Idul Fitri, karena masyarakat saat itu berpuasa sunnah Syawal terlebih dahulu. Lazimnya, kupat dihidangkan dengan lauk bersantan (santen) atau “kupat santen” yang bermaksud “kulo lepat, nyuwun ngapunten.” Terjemahnya, saya salah, mohon dimaafkan.

Penggunaan janur sebagai pembungkus pun mengandung pesan tersembunyi, yakni “telah datang nur” atau “telah datang cahaya”. Adapun anyaman pembungkus yang tidak terputus berpesan tentang silaturahim.

Kupat juga dapat diartikan “laku papat” atau empat tindakan, yakni Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan.
Lebaran berasal dari kata “lebar”. Artinya selesai. Ini mengisyaratkan telah selesai menjalani ibadah puasa. Ini juga yang disampaikan oleh MA Salmun dalam artikelnya yang dimuat dalam majalah Sunda tahun 1954.
Luberan berasal dari kata “luber”. Artinya meluap atau melimpah. Ini mengisyaratkan semangat berbagi dalam bentuk zakat dan sedekah.
Leburan, berasal dari kata “lebur”. Artinya melebur atau menghilangkan. Ini mengisyaratkan dileburnya dosa karena saling bermaafan.

Laburan berasal dari kata “labur”. Artinya memutihkan dinding rumah. Ini mengisyaratkan bersihnya lahir dan batin.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

2 Responses to "Lebaran Ketupat Dan Makna Kupat"

  1. tampilane keren
    Tulisane bermutu
    ora koyo tulisanku :(

    ReplyDelete
  2. hhheee.. biasa aja mas. Ini juga lagi belajar oprek-oprek templatenya.
    Makasih sudah berkunjung ya..

    ReplyDelete